Banyak yang memprediksi bahwa mobil listrik bakal menjadi tren di
masa depan. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, mobil listrik
memiliki keunggulan dan cocok dijadikan kendaraan masa depan dikarenakan
tidak menghasilkan emissi CO2 sehingga akan ramah lingkungan. Namun,
timbul pertanyaan, apakah pemerintah atau otoritas yang terkait akan
mampu menyuplai listrik apabila kendaraan ini nantinya sudah banyak
digunakan.
Pertanyaan tersebut merupakan suatu
pertanyaan yang wajar dan logis. Pasalnya, harus ada antisipasi jangan
sampai produksi listrik yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
kendaraan malah menimbulkan permasalahan lain. Misalnya, listrik
dihasilkan dari bahan bakar fosil atau sumber lain yang menimbulkan
polusi. “Memang sih masih dilematis. Mobil listrik
butuh charger(stasiun isi ulang baterai). PLN kan juga masih pakai batu
bara. Energi panas bumi geothermal juga pemanfaatannya belum sampai 5
persen,” kata Wakil Ketua Tim Mobil Listrik Nasional Universitas
Indonesia (Molina UI), M Adhitya, belum lama ini.
Adhitya sendiri juga berpendapat bahwa
untuk maslah tersebut perlu untuk segera dicarikan solusinya. Sebab,
menurutnya infrastrukturnya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
kendaraan listrik mulai beroperasi. Bahkan, antisipasi pun juga wajib
dilakukan, jangan sampai jika Indonesia mampu memproduksi kendaraan
listrik tetapi eneergi yang digunakan didapat dari cara yang tidak ramah
lingkungan. Di sisi lain, Adhitya juga memberikan penjelasan bahwa
sebrnarnya mobil listri juga masih bisa mengangkat keembali energi yang
terbuang. Namun, energi yang dihasilkan masih dinilai terlalu
kecil. “Rem diubah menjadi energi panas. Energi pengereman memutar motor
listrik sehingga ada efisiensi konversi energi yang terbuang,” tambah
dia.
Selain itu, ia juga mempeertegas bahwa
tidak ada yang bisa menghindar lagi dari tren kendaraan listrik sebab
hal tersebut ke depannyaa akan menjadi suatu kebutuhan. Sebab, belum ada
alternatif lain yang bisa menjawab tantangan akan kebutuhan operasional
keendaraan di masa depan. Bahkan, produsen supecar pun juga mengikuti
tren ini. “Industri automotif besar seperti Ferrari dan Lamborghini yang
awalnya menentang, ‘ah enggak bakal’, tetapi ternyata mereka produksi
(mobil) hybrid,” ungkapnya.
Institusi pendidikan saat ini semakin
banyak yang mengembangkan kendaraan listrik. Bahkan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) membuat prototipe skuter listrik bekerja sama
dengan pihak swasta, Garansindo. Skuter yang dinamakan GESITS
(Garansindo Electric Scooter ITS) itu pun segera diproduksi massal
Tidak ada komentar:
Write komentar