Terminal Tirtonadi Solo terus meningkatkan fasilitas bagi penumpang. Paling baru adalah jalur khusus bagi penderita tunanetra.
Jalur itu berupa garis berwarna kuning menyala selebar petak lantai
40 cm, membentang di bagian tengah seluruh lantai utama bangunan
Terminal Tirtonadi yang berwarna abu-abu muda. Lantai taktil dari karet
tebal ini membentuk pola lurus yang menuntun ke jalur ruangan pokok
terminal.
Jalur itu diuji oleh 10 orang dari Persatuan Tunanetra Indonesia
(Pertuni) Kota Solo, Jumat (21/10/2016). Mereka turun dari bus yang
membawa mereka singgah di Terminal Tirtonadi, Jumat siang.
Setibanya di pintu kedatangan utama, mereka dituntun petugas ke lobi.
Taufiq Windu Asmoro, 34, berdiri paling depan di antara rombongan.
Berbekal tongkat putih pipih dengan karet di bagian ujungnya, dia mulai
menyusuri jalur khusus itu.
Saat melintasi guiding block itu, kaki Taufiq yang
beralaskan sandal bisa merasakan teksturnya berbeda dibanding lantai
biasa. “Ini terasa bedanya. Yang lain halus, ini ada geronjalan-nya,”
kata dia.
Tekstur itu berasal dari tonjolan berbentuk pola empat batang garis
lurus. Begitu tongkat yang diayunkannya melewati jajaran garis-garis
lurus tersebut, dia beserta rombongan yang mengikutinya berjalan lurus
ke depan.
Langkah rombongan Pertuni terhenti begitu tongkat yang dibawa Taufiq
merasakan perbedaan tekstur lantai. Pada bagian sudut belokan, tekstur
taktil dibuat dengan pola bulatan kecil-kecil berjumlah 36 bulatan
setiap lantai. “Oh, ini belokan,” ujar dia.
Setelah melewati tiga kelokan mulai dari lobi, kemudian melewati
pintu loket retribusi jasa ruang tunggu, dan memasuki lorong terminal
sisi timur, rombongan Taufiq bisa berjalan lancar menyusuri Terminal
Tirtonadi tanpa bantuan petugas menuju ruang tunggu.
Taufiq mengatakan sebagian besar penyandang tunanetra di Solo selama
ini mengandalkan angkutan umum bus untuk mobilitas mereka. “Teman-teman
tunanetra kalau bepergian mandiri seringnya naik bus. Kalau minta antar
terus kan merepotkan. Fasilitas ini sangat membantu. Kami tidak perlu
dibantu petugas lagi, kecuali saat turun dari bus menuju lobi,”
tuturnya.
Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Pertuni Kota Solo, Sukiman,
mengapresiasi langkah pemerintah menyediakan kemudahan akses bagi
penyandang tunanetra di Terminal Tirtonadi.
“Fasilitas seperti ini menjadi kewajiban pemerintah sebagaimana
diamanatkan undang-undang.
Sayangnya sementara ini masih minim. Baru ada
di sini. Di kantor-kantor atau stasiun belum kami jumpai,” bebernya.
Sukiman merasakan fasilitas bagi kaum difabel di terminal itu masih
butuh penyempurnaan. Jalur masih terputus dari lobi dan ruang tunggu
menuju tempat naik dan turun bus. Selain itu jalur khusus dan pola
penanda belokan juga kurang terasa.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)
Solo, Yosca Herman Soedrajat, menyampaikan uji coba jalur khusus
tunanetra dilakukan untuk mendengar masukan langsung dari bakal pengguna
fasilitas disabilitas tersebut.
“Kami ajak Pertuni ke sini untuk mendengar aspirasi mereka.
Masukannya akan kami diskusikan untuk ditindaklanjuti tahun depan,” kata
dia.
Tidak ada komentar:
Write komentar