Selasa, 27 September 2016

Prestasi Maksimal di Tengah Keterbatasan Fasilitas


Tim futsal putra Maluku Utara sukses mendapatkan prestasi cukup bagus di ajang Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat. Prestasi itu didapat di tengah minimnya fasilitas.

Sebuah medali perak disumbangkan oleh tim futsal Maluku Utara (Malut) di ajang PON Jabar. Pada pertandingan final, yang berlangsung di Graha Laga Tangkas, kompleks Institut Teknologi Bandung, Jatinangor, Senin (26/9/2016) malam, mereka kalah 1-2 di tangan Jawa Barat (Jabar).

Kendati begitu, medali perak yang diraih tim futsal putra Malut terasa spesial. Pasalnya, itu adalah medali pertama untuk kontingen Malut di PON 2016.

Dengan raihan satu perak itu, Malut kini ada di posisi kedua dari bawah, menggeser Sulawesi Barat yang baru meraih satu perunggu.

"Sampai Senin (26/9) pukul 18.00 WIB, medali kami masih kosong. Tadi, kami memang sempat berpikr soal medali emas. Tapi, kami puas meski hanya bisa meraih perak, ini prestasi luar biasa," kata ketua Asosiasi Futsal Provinsi Malut, Aldhy Ali, saat berbincang dengan detikSport.

Medali perak itu diraih tim futsal Malut lewat jalan yang panjang. Di antara tim empat besar --bersama Jabar, Jawa Timur, dan DKI Jakarta-- cuma mereka provinsi yang tidak mempunyai gelanggang olahraga.

Kabupaten yang merupakan pecahan provinsi Maluku sejak tahun 1999 itu bahkan sampai harus 'menyulap' sebuah gudang menjadi lapangan futsal untuk menggelar babak Pra-PON pertama. Dalam kurun waktu sebulan GOR dadakan pun dikerjakan dengan tribun berkapasitas sebanyak 500 orang.

Di kualifikasi pertama itu, mereka berhadapan dengan Maluku, Papua, dan Papua Barat. Nama terakhir lolos ke kualifikasi wilayah bersama Malut, yang berlangsung di Samarinda.

"Di Samarinda kami lolos sebagi tim peringkat lima. Empat tim lainnya ada Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Papua Barat, dan Bali. Kami pun lolos ke PON untuk pertama kalinya," kata Aldhy.

Minimnya fasilitas itu tak membuat pencarian atlet menjadi sulit. Namun, beberapa pemain Malut bermain dengan sarana seadanya.

"Kebanyakan dari mereka bermain dengan bola plastik. Mereka bermain dengan gawang sedang. Baru dua tahun terakhir ini para pemain benar-benar merasakan mengenal futsal," ungkap Aldhy.

Kini, dengan prestasi yang sudah ditunjukan di ajang PON 2016, Aldhy pun berharap bisa membuat pihak pemerintah daerah Malut menjadi peduli.

"Harapannya, ya, dengan prestasi ini, semoga ada kepedulian pemerintah (merealisasikan harapan untuk mempunyai GOR). Untuk medali perak kali ini, tim futsal akan mendapatkan bonus sebesar Rp 400 juta," ujar Aldhy.

Ganjaran bonus itu memang pantas diterima oleh seluruh penggawa tim futsal Malut meski gagal menang di laga pamungkas. Dengan keterbatasan fasilitas, mereka mampu meraih perak di partisipasi pertama di pesta olahraga se-Indonesia dan menyumbangkan medali pertama kontingen.

Tidak ada komentar:
Write komentar

Kaki Pencarian